| 0 komentar ]


"Betapa gigihnya para sesepuh Sunda zaman dahulu menggali apa yang terjadi dalam perjalanan panjang sejarah bangsa kita. Dan itu terungkap melalui pemahaman-pemahaman dalam pedoman hidup, sebuah warisan berharga sebagai pegangan dari pemimpin terendah hingga pemimpin tertinggi. Kita mulai dari pemimpin keluarga. Ada peribahasa gagade bari nyarande (1). Setiap orangtua, pasti senantiasa mendambakan anaknya maju, jauh melebihi kemajuan yang dicapai oleh orangtuanya.

Kata ayahnya -”Kilangbara atuh, bapa jadi patani, maneh mah kudu jadi pamingpin-” (2). Jawab anaknya,"Atuh, Pa. Piraku bapa ngongkosan abdi, ngaluarkeun ongkos langkung tina kabutuhan bapa" (3). Kata ayahnya,"Keun bae bapa mah gagade bari nyarande ge, asal hidep bisa leuwih ti bapa" (3). Itu adalah contoh kepemimpinan yang diperlihatkan oleh seorang ayah. Pemimpin yang berani berkorban untuk kemajuan anaknya. Pemimpin harus seperti itu, ia harus lebih mementingkan kesejahteraan dan kemajuan anak buahnya.

Jangan jadi pemimpin yang nyalindung ka gelung. Tergantung pada orang lain, tidak punya sikap. Coba kita guar (5) istilah haripeut ku teuteureuyeun. Itu kan gambaran keserakahan. Kalau jadi pemimpin jangan haripeut ku teuteureuyeun. Artinya, jangan serakah, jangan korupsi atau kolusi. Begitu kira-kira. Kemudian istilah kejot borosot. Anak-anak sekarang mungkin tidak mengenal ungkapan itu. Maksudnya; seorang pemimpin janganlah mengambil keputusan cepat atau tergesa-gesa.

Begitu banyak ungkapan-ungkapan yang sesungguhnya bukan sekadar ungkapan, istilah, atau peribahasa, sebab kalau dihayati ternyata memiliki makna yang dalam sebagai pedoman hidup. Dan kalau petuah para sesepuh itu dijalankan, dilaksanakan, akan terasa manfaat dan dampaknya, baik bagi pemimpin keluarga atau pemimpin yang lebih tinggi lagi. Saya kira sangat banyak ungkapan-ungkapan Sunda yang bisa dijadikan pedoman untuk dikonsepkan, sehingga Kepemimpinan Sunda tetap berpijak pada filsafat kasundaan".

[Diungkapkan oleh mantan Kapolda Jabar Irjen Pol. Drs. H. Edi Darnadi, yang sudah 32 tahun bertugas di berbagai provinsi di Indonesia, pada "Dialog Kompetensi Kepemimpinan Sunda".]

sumber kang adi j. mustafa